Kreatif! Dosen Unilak Ciptakan Hand Sanitizer Ramah Lingkungan dari Eco Enzyme

Rabu, 25 Agustus 2021 15:56 WIB

Share

PEKANBARU, RIAU.POSKOTA.CO.ID - Di tengah Pandemi COVID-19, berbagai kreatifitas masyarakat muncul untuk menciptakan hand sanitizer yang ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan eco enzyme yang dilakukan oleh Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak).

Eco enzyme sendiri merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula  yang terdiri dari gula coklat, gula merah atau gula tebu, serta air. Produk eco enzyme merupakan produk ramah lingkungan yang mudah digunakan dan mudah dibuat.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) Rina Novia Yanti mengungkapkan bahwa ia bersama timnya yaitu Hanifa Ikhsani dan Ika Lestari menciptakan inovasi ini dari penelitian Dr Rasukon Poopavong dari Thailand untuk kemudian diadopsi di Riau.

"Hand sanitizer dari eco enzyme ini manfaatnya sama dengan hand sanitizer lainnya, namun yang membedakannya adalah tata cara pembuatannya dan memanfaatkan limbah kulit buah-buahan," katanya saat di wawancara via telepon, Minggu (22/8/2021).

Ia menyebutkan, bahan-bahan yang diperlukan membuat hand sanitizer ramah lingkungan ini adalah limbah buah-buahan, seperti sisa jeruk atau kulit jeruk, kulit buah pepaya, melon, semangka, dan lain-lain, Kemudian juga gula merah untuk mempercepat pembusukan dan air bersih. 

Sebut Rina, proses pembuatan hand sanitizer ini untuk 300 gram kulit buah diperlukan satu liter air bersih, dan 100 gram gula merah. Jika jumlahnya lebih, maka tinggal dikalikan kelipatannya, kemudian kulit buah dicacah kecil-kecil dan akan lebih baik jika diblender. 

Sementara itu, gula merah juga dicacah, dan selanjutnya, gula merah dicampur dengan air yang telah disiapkan sebelumnya, kemudian kulit buah yang sudah dicacah dimasukkan ke dalam air tersebut. Setelah itu, aduk-aduk dan pastikan wadah ditutup dengan rapat agar tidak ada udara yang masuk.

Dosen Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini menerangkan, fermentasi kulit buah ini memakan waktu hingga tiga bulan, dan wadahnya dibuka hingga tiga kali, yaitu setelah satu minggu pertama, setelah satu bulan pertama, dan ketika masa panen. 

"Setelah seminggu kita buka dan aduk-aduk lagi, biarkan terbuka sampai 15 menit, kemudian tutup lagi dengan rapat. Begitu juga setelah satu bulan," ujarnya. 

Halaman
Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar
Berita Terpopuler