Mengapa Romelu Lukaku Melukai Diri Sendiri? Oleh: Amir Machmud NS
Senin, 10 Januari 2022 11:54 WIB
RIAU.POSKOTA.CO.ID - Coba simaklah lewat aneka indikator, betapa pemaknaan profesionalitas dalam industri olahraga tak mungkin dilepaskan dari gejolak hati dan rasa manusia.
Dalam semesta liga-liga sepak bola, betapapun kuat cekaman gurita kapitalisme, hati tetap kuat bicara. Rasa pun tak pernah bisa dihentikan menyapa.
Dan, itulah sejatinya gambaran relasi antara pemain dengan klub, dengan fans, dengan pelatih, juga antarpemain; pun hubungan pelatih dengan subsistem yang sama.
Maka simaklah kisah ini: tentang Romelu Lukaku.
Dia menyajikan bukti, betapa relasi hati manusia memberi pengaruh luar biasa untuk memastikan apakah seorang pemain merasa “at home” atau tidak di sebuah klub.
Bomber Chelsea itu berseteru dengan pelatih Thomas Tuchel, menyusul wawancaranya di televisi Sky in Italy, pada pengujung tahun.
Lukaku mengaku tidak nyaman dengan taktik bermain klubnya. Dia malah merindukan balik ke Internazionale Milan, klub Liga Seri A Italia yang musim lalu dia antar meraih scudetto.
Wawancara itu menyulut kemarahan Tuchel yang lantas memarkirnya dalam laga penting melawan Liverpool. Pemain asal Belgia itu dianggap membuat gaduh, justru ketika The Blues sedang menghadapi serangkaian kondisi tidak kondusif lantaran Covid-19.
Pemain berdarah Zaire itu juga menerima “pukulan telak” dari suporter garis keras Inter, Curva Nord. Pada bursa transfer musim panas lalu, Interisti dikecewakan oleh kepindahan Lukaku ke Stamford Bridge. Kini mereka menyatakan menolak pemain yang sempat disebut-sebut sebagai “Raja Milan” itu.
Ada apa sesungguhnya dengan Big Rom? Mengapa dia justru seperti melukai diri sendiri?
Menemukan “Rumah”